Tutorial

Lebih dari 3 Ribu Tenaga Medis di Dunia Meninggal Akibat Virus Corona



AGEN BOLA, London - Lebih dari 3 ribu tenaga medis di seluruh dunia dilaporkan meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Organisasi HAM, Amnesty International menegaskan bahwa pemerintah berbagai negara harus bertanggung jawab atas kematian para tenaga medis di wilayahnya masing-masing.

Seruan itu disampaikan Amnesty International dalam laporan terbarunya yang berjudul 'Global: Health workers silenced, exposed and attacked' yang dirilis awal pekan ini.

Menurut laporan tersebut, tiga negara -- Rusia, Inggris dan Amerika Serikat (AS) menempati peringkat atas dalam daftar negara dengan paling banyak tenaga medis yang meninggal akibat Corona. Total ada 79 negara yang dianalisis dan diperiksa oleh Amnesty International.

Lebih lanjut, disebutkan laporan Amnesty International bahwa Rusia berada di peringkat pertama dengan 545 tenaga medis meninggal akibat Corona, kemudian Inggris di peringkat kedua dengan 540 tenaga medis meninggal akibat Corona -- termasuk 262 tenaga sosial dan AS di peringkat tiga dengan 507 tenaga medis meninggal akibat Corona.

"Negara-negara yang belum melihat yang terburuk dari pandemi, tidak seharusnya mengulang kesalahan yang sama dari pemerintah yang gagal melindungi hak-hak para pekerja (medis) yang memiliki konsekuensi menghancurkan," sebut Peneliti dan Penasihat Amnesty International untuk Isu Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Sanhita Ambast.

Laporan Amnesty International juga menyebut bahwa para tenaga medis dan pekerja esensial kerap menghadapi aksi balasan dari pemerintah seperti diancam akan ditangkap, mendapatkan perilaku kasar, kekurangan alat pelindung diri (APD) dan dalam beberapa kasus tidak diberi gaji.

Dua dokter wanita di Rusia menghadapi balasan dari pemerintah setelah mengeluhkan kurangnya APD. Salah satu dokter didakwa di bawah Undang-undang (UU) yang mengatur berita palsu atau hoax dan dihukum denda US$ 1.443 oleh pengadilan. Satu dokter lainnya menghadapi proses penegakan disiplin yang bisa berujung pada pemecatan.

"Para tenaga medis di garis depan menjadi yang pertama mengetahui jika kebijakan pemerintahan tidak berhasil dan otoritas yang membungkam mereka tidak bisa secara serius mengklaim bahwa mereka memprioritaskan kesehatan publik," cetus Ambast dalam pernyataannya.

Di Mesir, seorang dokter yang tidak mau disebut identitasnya menuturkan kepada Amnesty International bahwa para dokter yang mengeluhkan dan mengkritik situasi yang mereka hadapi, terancam nyawanya dan terancam diinterogasi oleh Badan Keamanan Nasional, serta terancam dihukum.

"Banyak (dokter) yang memilih untuk membayar sendiri perlengkapan pribadi mereka demi menghindari keletihan ini. (Otoritas setempat) Memaksa para dokter untuk memilih antara kematian atau penjara," tutur dokter Mesir tersebut.

Laporan Amnesty International menyebut bahwa 3 ribu kematian tenaga medis secara global kemungkinan besar masih di bawah angka sebenarnya, mengingat ada banyak kematian yang tidak dilaporkan dan adanya perbedaan negara-negara dalam menghitung kemudian mengumpulkan data.

Share on Google Plus

About maxbet268