"Wis (sudah) kapok, mau tak jual. Saya sudah malas, terlalu banyak permasalahan," ucap Gun kepada detikJogja, Selasa (28/11/2023).
Gun menyebut saat ini kereta kelinci miliknya masih berada di bengkel untuk perbaikan. Menurutnya kereta kelinci miliknya tak selalu laku disewa.
"Cuma tiap minggu aja, punya saya kan baru itu termasuknya. Itu saja seminggu kadang tidak ada yang menyewa," katanya.
Gun menyebut kereta kelinci miliknya memiliki dua rangkaian. Sekali sewa, dia mematok harga Rp 1,2 juta.
Kini usai insiden kecelakaan di Prambanan beberapa waktu lalu, membuatnya ingin ganti usaha.
"Ya ganti usaha lain saja," tuturnya.
8 Orang Luka-luka Akibat Insiden Kereta Kelinci Terguling
Sebagai informasi, kecelakaan kereta kelinci terguling itu terjadi di Jalan Gatak-Sumberwatu, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Minggu (19/11) lalu. Kala itu kereta kelinci tersebut mengangkut rombongan warga yang piknik dari Wonosutan, Srigading, Sanden, Bantul hendak menuju ke objek wisata Rowo Jombor, Klaten.
Kereta kelinci itu tak kuat menanjak dan akhirnya berjalan mundur hingga terguling. Total ada delapan orang yang mengalami luka-luka.
"Satu orang rawat inap di RSUD Prambanan karena patah tulang dan dua rawat jalan. Lalu ada satu orang rawat inap di PKU Muhammadiyah Prambanan Klaten karena sendi tulang kaki geser dan empat rawat jalan," kata Kasat Lantas Polresta Sleman Kompol Andhies F Utomo saat dihubungi wartawan, Minggu (19/11).
Curhat Pemilik Bengkel Kereta Kelinci Buntut Larangan BeroperasiBuntut kecelakaan itu Dinas
Perhubungan (Dishub) Bantul mengeluarkan surat agar bengkel/karoseri tidak memproduksi-memperbaiki kereta kelinci. Hal ini dikeluhkan para pemilik bengkel maupun juragan kereta kelinci.
Pemilik bengkel kereta kelinci di Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Wawan Tri Baswanto, mengaku sementara ini tak menerima perbaikan atau produksi kereta kelinci. Dia mengaku sudah didatangi petugas Dishub dan Polres Bantul buntut kecelakaan kereta kelinci di Prambanan, Sleman, beberapa waktu lalu.
"Untuk sementara kita mengikuti prosedur, ikut berhenti aktivitas tapi jalan ke depannya belum tahu. Intinya mau berhenti total atau berhenti sementara saya belum bisa memberikan jawaban pasti," kata Wawan kepada detikJogja di bengkelnya.
"Pemesan dari Bantul, Prambanan, dan Klaten juga ada. Tapi sekarang sepi," ujarnya.
"Jadi kalau masalah dampak itu ya tetap menurun. Ibaratnya kemarin bengkel bisa beraktivitas sekarang ya belum bisa beraktivitas karena istilahnya disuruh berhenti oleh pihak berwajib," lanjut Wawan.
Terkait omzet, pria yang menggeluti pembuatan kereta kelinci sejak tahun 2000 ini enggan mengungkapkannya. Pasalnya, pesanan untuk kereta kelinci tidak menentu.
"Kalau saya itu omzetnya tidak begitu banyak, karena apa? Saya membuat kereta itu sendiri, jadi satu unit itu bisa memakan waktu sekitar tiga sampai empat bulan," ucapnya.
Namun, untuk pembuatan satu unit kereta kelinci dengan dua rangkaian menelan biaya hingga ratusan juta rupiah. Spesifikasinya, Wawan menyebut jika menggunakan mesin truk atau mobil bertenaga diesel dengan lebar kereta kelinci 160 cm.
"Ya ada yang Rp 100 juta lebih dan Rp 100 juta kurang. Jadi bisa diambil kesimpulan rata-rata sekitar Rp 100 juta per unitnya," katanya.
Produsen Kereta Kelinci Tidak Hanya di Piyungan
Wawan juga mengungkapkan, bahwa pembuatan kereta kelinci tidak hanya di Bantul. Menurutnya, paling banyak berada di Jawa Tengah.
"Tapi kan yang membuat kereta itu kan bukan saya sendiri, banyak. Di Bantul ada beberapa yang membuat dan di Sleman juga banyak dan yang paling banyak menjual kereta kelinci itu malah dari Solo-Klaten," ucapnya.
Oleh sebab itu, Wawan menilai polemik kereta kelinci tidak berasal dari Bantul. Apalagi, hingga saat ini Wawan mengaku sudah tidak banyak memproduksi kereta kelinci.
"Ya benar Jogja pusatnya dari tempat saya, tapi saya sendiri ya tidak banyak mengeluarkan unit. Karena apa? Unit dari Solo atau Klaten dari tampilan lebih bagus dan lebih murah. Jadi masalah kereta itu paling banyak dari luar bukan dari Jogja sendiri," ujarnya.
Minta Instansi Terkait Cari Solusi Jika Melarang Produksi Kereta Kelinci
Di sisi lain, Wawan berharap pemerintah tidak melarang keberadaan kereta kelinci karena memiliki efek domino seperti bengkel-bengkel ikut terdampak. Apalagi, Wawan juga memiliki satu unit kereta kelinci yang saat ini jarang beroperasi.
"Kalau harapan bagi saya sendiri itu paling tidak ya jangan dilarang tapi dikasih jalur, jalurnya mau seperti apa kami siap. Tidak jalur aspal juga tidak apa-apa, yang penting dari rute awal sampai tempat wisata yang penting tembus, jalan tidak perlu bagus yang penting sampai," ucapnya.
Lebih lanjut, jika pemerintah atau instansi terkait tetap kekeh melarang produksi kereta kelinci, Wawan berharap ada solusi. Mengingat selama ini Wawan menggantungkan hidup dari bengkelnya.
"Dan kalau mau dihentikan apabila ada solusi ya tidak masalah. Tapi kalau selama ini belum ada solusi ya harapan kami minta dicarikan jalur atau jalan yang dari istilahnya sini Piyungan ke pantai, jalan tanah juga tidak apa-apa," ucapnya.
Bukan tanpa alasan, Wawan menyebut jika dalam praktiknya kereta kelinci tidak pernah melaju lebih dari 40 km/jam. Selain itu, sopir kereta kelinci bakal terkena sanksi dari paguyuban jika melanggar aturan tersebut.
"Toh kereta kelinci itu jalannya tidak mungkin kencang, di bawah 40 km/jam. Kalau di atas 40 km/jam siapa pun anggotanya dan dari mana pun keretanya kena charge (denda)," ujarnya.
Akan tetapi, Wawan menilai sangat sulit untuk mengawasi bagaimana sopir mengemudikan kereta kelinci. Begitu pula dengan jalur yang dipilih oleh sopir.
"Selain itu kita menghindari tanjakan, jalan protokol jalan raya tidak boleh. Tapi kembali lagi driver kereta kelinci kan banyak, di Jogja sendiri sekitar 100 orang, sehingga tidak mungkin juga bisa mengecek satu-satu dan rutenya lewat mana," imbuhnya.
MAXBET268 METODE DEPOSIT & TRANSAKSI ONLINE 24 JAM
Bank Swasta Nasional
Dompet Digital & Pulsa
Special Promo :
WhatsApp 2 Maxbet : 0878 7608 1754