Tutorial

Lebanon Berduka, Begini Kisah-kisah Mendebarkan Saat Ledakan di Beirut

Lebanon Berduka, Begini Kisah-kisah Mendebarkan Saat Ledakan di Beirut

AGEN BOLALebanon, Selasa 4 Agustus 2020 menjelang malam. Sebuah kepulan asap hitam mirip jamur raksasa terlihat membumbung ke atas dari arah pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon. Langit mendadak berubah, dari jingga menjadi hitam.

Di saat bersamaan, angin bertiup kencang menerbangkan serpihan-serpihan bangunan. Kaca, papan kayu dan aneka barang beterbangan saling bertubrukan dan menerpa apa saja benda di sekitarnya. Dalam hitungan detik, Kota Beirut, Lebanon yang indah mendadak berubah.

"Area di mana saya berada --hanya dalam hitungan detik-- berubah dari tempat yang indah jadi seperti kota hantu dipenuhi debu, pecahan kaca dan orang-orang yang berteriak dan berdarah-darah. Seperti adegan mimpi buruk," kata Mahmoud Nakib, seorang forografer.

Sore itu Mahmoud tengah melakukan sesi pemotretan dan perekaman video di sebuah acara pernikahan outdoor di Saifi Village, Beirut, Lebanon. Saifi Village adalah sebuah kawasan perumahan elite berarsitektur kolonial.

Sadar telah terjadi ledakan, Mahmoud, kedua mempelai pengantin dan para tamu lari berhamburan masuk ke dalam gedung, menghindari terjangan angin kencang dan barang-barang berbahaya yang berhamburan. Beruntung, semua yang ada di pesta pernihakan itu selamat dan tak ada yang harus dibawa ke rumah sakit.

Di tempat lain, tepatnya di Rumah Sakit Al Roum, di distrik Ashrafieh, Beirut cerita tak kalah mendebarkan. Petang itu kondisi sangat kacau balau. Ledakan di Beirut Lebanon menyebabkan 12 pasien, dua pengunjung, dan empat perawat meninggal dunia. Ada dua perawat lain dalam keadaan kritis.

Manajer Gawat Darurat dan Tanggap Bencana RS Al Roum, George Saad mengatakan, 80 persen bangunan rumah sakit rusak. Peralatan medis diperkirakan 50 persennya rusak tak bisa digunakan.

Di tengah kekacauan kondisi rumah sakit, seorang perawat dengan sigap berusaha menyelamatkan 3 bayi yang baru lahir. Seorang jurnalis foto Bilal Jawich, menceritakan kepada CNN Arabic soal kekagumannya atas kesigapan dan ketenangan sang perawat.

"Saya kagum saat melihat perawat menggendong tiga bayi yang baru lahir. Saya melihat ketenangan perawat, yang membedakan atmosfer sekitarnya yang hanya berjarak satu meter. Beberapa orang tewas dan terluka berbaring di dekatnya," kata Jawich.

Pengalaman Edmond Khnaisser dan istrinya Emmanuelle tak kalah mendebarkan. Sore itu mereka sedang menanti kelahiran sang buah hati di Rumah Sakit St George di Beirut, Lebanon.

Dokter dan perawat sedang menyiapkan kamar persalinan ketika tiba-tiba terdengan suara ledakan. "Baru sekitar 20 detik, mereka mempersiapkan semuanya, terjadilah peristiwa itu dan kami mendengar suara (ledakan) dan semuanya hancur, kaca, instrumen, semuanya, tak bersisa," kata Edmond kepada BBC dalam rekaman video.

Menurut Edmond, suasana rumah sakit sangat kacau ketika itu. Kaca-kaca pecah berhamburan, plafon ruangan ambruk. Tubuh Emmanuelle terkana pecahan kaca. Dokter dan perawat yang menyiapkan persalinan juga terjatuh.

Edmond yang juga terluka ringan, mendorong tempat tidur istrinya ke ruangan yang lebih aman. Dia juga membantu dokter serta perawat berdiri.

Namun ketegangan belum berlalu. Emmanuelle syok karena mendengar ledakan, sementara tak tersedia obat-obatan yang dibutuhkan di rumah sakit tersebut ketika itu. Beruntung, 1,5 jam kemudian dokter dan perawat berhasil membantu proses persalinan Emmanuelle. Anak Edmond dan Emmanuelle berhasil lahir dengan selamat.

Lebanon pada Selasa malam kemarin betul-betul mencekam. Seorang dokter ahli bedah Fred Bteich yang selamat dari ledakan menggambarkan, suasana Lebanon hari itu seperti terjadi 'perang dan kiamat'. Pasien menumpuk di ruang gawat darurat rumah sakit tempatnya bekerja di pinggiran kota Achrafieh.

"Kami melakukan operasi terhadap beberapa korban, kami tidak tahu nama mereka, tidak tahu siapa mereka, apakah mereka punya kerabat atau tidak. Kami telah melihat beberapa hal yang mengerikan," kata Bteich kepada DW.

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan akibat ledakan di Beirut pada Selasa petang sedikitnya 135 orang tewas dan lebih dari 5.000 lainnya luka-luka. Disebut juga sebanyak 300 ribu warga Lebanon kehilangan tempat tinggal.

Warga di Beirut Lebanon marah kepada pemerintah yang dianggap lalai menyimpan 2.750 ton amonium nitrat selama 6 tahun secara tidak aman sehingga memicu terjadinya ledakan. Selama dua pekan ke depan, Pemerintah Lebanon memberlakukan keadaan darurat.

Share on Google Plus

About maxbet268