Bendungan Tiga Ngarai, China.
Bendungan di Sungai Chuhe di Provinsi Anhui dihancurkan dengan bahan peledak pada Minggu pagi. Ketinggian air diperkirakan akan turun hingga 70 sentimeter setelah langkah itu diambil.
Tingkat air di banyak sungai, termasuk Yangtze, sangat tinggi tahun ini karena hujan lebat.
Peledakan bendungan dan tanggul untuk mengalirkan air adalah respons ekstrem yang digunakan selama banjir terburuk Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir pada 1998, ketika lebih dari 2.000 orang meninggal dan hampir 3 juta rumah hancur.
Pekan lalu, Bendungan Tiga Ngarai raksasa di Yangtze membuka tiga pintu airnya saat permukaan air di belakang bendungan besar itu naik lebih dari 15 meter di atas permukaan banjir. Puncak banjir lainnya diperkirakan akan tiba di bendungan itu pada Selasa (21/7/2020), demikian diwartakan AP.
Tentara dan pekerja telah menguji kekuatan tanggul dan menopang mereka dengan karung pasir dan batu. Sementara petugas pemadam kebakaran bekerja di Danau Poyang, danau air tawar terbesar di China, yang telah menyebabkan banjir meluas di 15 desa dan ladang pertanian di provinsi Jiangxi, memaksa lebih dari 14.000 orang diungsikan.
Banjir musiman menghantam sebagian besar wilayah China setiap tahun, terutama di wilayah tengah dan selatannya, tetapi musim panas ini sangat parah. Lebih dari 150 orang tewas atau hilang karena banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat.
Menurut Kementerian Manajemen Darurat, sekira 1,8 juta orang telah dievakuasi dan kerugian langsung akibat banjir diperkirakan lebih dari 49 miliar yuan.
Sejauh ini kota-kota besar China telah terhindar dari banjir, tetapi kekhawatiran telah meningkat atas Wuhan dan kota-kota metropolitan hilir lainnya yang merupakan rumah bagi puluhan juta orang.
