Ticker

20/recent/ticker-posts

Dampak tsunami Palu Tak Hanya Bikin Warga Indonesia Shock

 Dampak tsunami Palu Tak Hanya Bikin Warga Indonesia Shock


Mandiri88 - Agen Sbobet, Ibcbet Dengan Promo Bonus Terbesar

Berita Peristiwa, Jakarta - Warga Singapura, Ng Kok Choong, menjadi saksi hidup dua bencana sekaligus: gempa yang disusul tsunami Palu. Ia berada di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu saat lindu magnitudo 7,4 mengguncang pada Jumat petang, 28 September 2018 pukul 17.02 WIB.

Pria 53 tahun itu tak kuasa menentang kekuatan alam yang membikin bumi yang ia pijak berguncang hebat.

Jangankan berdiri, duduk pun ia tak mampu. Ng jatuh lalu terguling. "Saya melihat hotel berguncang seperti jeli, kepulan debu tebal di sekelilingnya, dan seketika runtuh," kata dia seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (1/10/2018). Kala itu, ia berada dalam jarak 50 meter dari Hotel Mercure tempatnya menginap.

Tak lama kemudian, laut menunjukkan gelagat aneh. Beringas bukan kepalang. Gemuruh kencang terdengar saat ombak raksasa menderu menuju pantai. Tsunami menerjang Palu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejatinya telah mengeluarkan peringatan dini tsunami, lima menit setelah gempa magnitudo 7,4 terjadi.

Kala itu, BMKG memperkirakan gelombang tsunami Palu tingginya "hanya" 1,5 meter sampai 2 meter.


 Namun, sejumlah rekaman video yang beredar di media sosial menguak bahwa gelombang raksasa yang menerjang lebih mengerikan dari perkiraan.

Pagi harinya, Sabtu, 28 Desember 2018, sinar mentari yang menerangi pagi menguak kondisi Pantai Talise yang porak-poranda.

Jasad-jasad manusia ditemukan mengapung atau terbaring di antara puing-puing yang berserakan.

 HEADLINE: Dahsyatnya Tsunami Palu Mengejutkan Dunia, Apa Kata Ilmuwan?

"Gelombang tinggi, Komandan. Hampir enam meter," kata seorang bocah 8 tahun kepada Wakil Komandan Detasemen Zeni Bangunan yang bertugas di Palu, Mayor Edy Harahap.

Saat tsunami menerjang, bocah itu mengaku terbawa ombak besar dan tersangkut di atap rumah. Ia terlihat lelah. Trauma membayang di matanya. "Dia ketakutan melihat laut," kata Mayor Edy kepada, Senin (1/10/2018).

Sabtu pagi itu, si bocah bersama kakaknya sedang mencari sang ibu yang tak jelas kabar beritanya. Saat gempa yang disusul tsunami terjadi, sekitar 1.000 orang berkumpul di pinggir Pantai Talise, di Anjungan Nusantara, menyaksikan pembukaan Festival Pesona Palu Lomoni.

Kuatnya lindu membuat orang-orang berhamburan ke segala arah. Kepanikan kian menjadi-jadi saat sejumlah saksi mengaku melihat air surut dan mencium aroma asin air laut yang menusuk hidung.

Tak lama kemudian, tsunami menerjang. Ombak pertama menyeret sejumlah pedagang yang ada di pantai. Gelombang gergasi kedua menyusul lebih tinggi.

Korban jiwa yang jauh, pohon yang tumbang hingga akar, bangunan ambrol, kapal besar yang melintang di daratan, jalan raya yang terkelupas, dan Jembatan Kuning yang rusak menjadi bukti dahsyatnya tsunami yang menerjang Palu.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi, tsunami Palu mencapai hampir 6 meter saat mencapai daratan.

Dampak tsunami Palu tak hanya bikin warga Indonesia shock. Gelombang kejut juga menyebar ke seluruh dunia. Bukan cuma orang awam, ilmuwan pun dibuat penasaran.

 Dampak tsunami Palu Tak Hanya Bikin Warga Indonesia Shock

Mengejutkan Dunia

Tak semua gempa bisa memicu tsunami. Setidaknya ada tiga hal yang harus terpenuhi, yakni pusatnya di tengah laut dan dangkal, kekuatan lindu di atas 6,5 Skala Richter, dan polanya sesar naik atau turun (vertikal).

Namun, apa yang terjadi di Palu relatif "aneh". Para ilmuwan dunia pun mengaku dibuat terkejut karenanya. Apalagi, gempa di Sulawesi Tengah berpusat di darat.

"Itu benar-benar mengejutkan," kata Baptiste Gombert, ahli geofisika dari University of Oxford seperti dikutip dari situs National Geographic.

Ia menambahkan, kondisi geologis di Indonesia sangat kompleks. Bak sarang laba-laba, jaringan sesar yang berbeda jenis saling memotong. Menebak apa yang sesungguhnya terjadi di Palu adalah tantangan berat. Namun, hasil pengamatan sementara mengisyaratkan beberapa kemungkinan.

Gombert menduga, tsunami mungkin adalah hasil dari sejumlah gerakan vertikal di sepanjang patahan. Namun, menurut dia, itu saja tak cukup untuk menjelaskan penyebab terjadinya gelombang gergasi hampir 6 meter.

"Kalaupun ada pergerakan vertikal, itu adalah tsunami yang besar," tambah dia.

Hal serupa diungkap Jason Patton, seorang ahli geofisika yang bekerja di perusahaan konsultan Temblor, dan mengajar di Humboldt State University di California.

"Kami memang menduga ada potensi tsunami, tapi tidak pernah membayangkan sebesar itu," kata dia seperti dikutip dari New York Times. Biasanya, gelombang gergasi seekstrem itu dipicu gempa dengan magnitudo 8 ke atas.

Apalagi, gempa yang terjadi di Palu dan Donggala Jumat lalu adalah sesar mendatar (strike-slip), di mana gerakan bumi sebagian besar horizontal. Gerakan semacam itu biasanya tidak akan menciptakan tsunami. "Tetapi dalam kondisi tertentu, bisa jadi," kata Dr Patton.

Meski bergerak secara horizontal, sesar mendatar kemungkinan memiliki sejumlah gerakan vertikal yang dapat menggerakkan air laut.

Atau, zona patahan sesar--yang dalam kasus ini diperkirakan sekitar 70 mil (setara 112 kilometer) panjangnya, dapat melewati area di mana dasar laut bisa naik dan turun, sehingga ketika patahan bergerak selama gempa, ia mampu mendorong air laut di dekatnya.

Kemungkinan lain adalah bahwa tsunami diciptakan secara tidak langsung. Guncangan keras selama gempa bisa jadi menyebabkan longsor bawah laut yang mendorong terjadinya gelombang raksasa.

Dr Patton mengatakan, kombinasi sejumlah faktor mungkin telah berkontribusi pada terjadinya tsunami. Ia menambahkan, studi tentang dasar laut akan sangat penting untuk memahami peristiwa tersebut.

Sementara, ahli vulkanologi dari Concord University, Janine Krippner mengungkapkan, tsunami juga dapat dipengaruhi oleh lokasi Kota Palu yang berada di ujung teluk sempit.

 Dampak tsunami Palu Tak Hanya Bikin Warga Indonesia Shock

"Itu dapat memperkuat tinggi gelombang karena menyalurkan air ke area yang lebih kecil," kata dia.

Garis pantai dan kontur dasar teluk bisa memfokuskan energi gelombang dan mengarahkannya ke ibu kota Sulawesi Tengah itu, meningkatkan ketinggian ombak saat memasuki pantai. Para ilmuwan berpendapat, tsunami Palu bersifat lokal.

Minim Data

 Dampak tsunami Palu Tak Hanya Bikin Warga Indonesia Shock

Dihubungi terpisah, ahli gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Danny Hilman Natawidjaja juga tak menyangka tsunami sebesar itu menerjang Palu.

"Kaget saya, tidak menyangka ada tsunami," kata dia kepada.

Alumni California Institute of Technology (Caltech) itu mengaku tak mudah untuk menyimpulkan penyebab pasti munculnya gelombang gergasi setinggi hampir 6 meter di pantai Palu.

Apalagi, belum ada penelitian sampai ke bawah laut. "Kita saja tidak punya data soal bawah laut Palu. Saya baru dapat pagi ini," kata Danny.

Data tersebut didapatkan dari kolega asing. "Data-data itu yang punya perusahaan minyak karena mereka kan melakukan eksplorasi, tapi tidak dikasih ke peneliti. Ini saya dapat dari rekanan di luar negeri. Bagaimana coba? Malah orang luar yang kasih ke kita."

Danny menjelaskan, gerakan gempa bermagnitudo 7,4 SR terjadi di Palu dan Donggala dominan mendatar hingga 6 meter. "Tapi ada faktor vertikal sampai kurang lebih 2 meter. Pergerakan itu terjadi karena sesar di bawah laut," tambah dia.

Geografis Palu yang berupa teluk ikut andil membuat kekuatan gelombang berlipat. "Palu itu ada di teluk yang memiliki amplikasi lebih besar."

Daftar disini !!!
 Maxbet268 - Maxbet Indonesia Dengan Berbagai Promo Menarik

Posting Komentar

0 Komentar

Recent Posts

Recent comments